KURIKULUM IPA SD

KURIKULUM IPA SD
Pengertian Kurikulum

Dalam setiap jenjang pendidikan formal, kurikulum memiliki kedudukan yang penting. Kurikulum biasanya dijadikan patokan atau pedoman untuk mengarahkan segala aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Secara umum, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, “curere” yang berarti berlari. Arti lainnya adalah jarak yang harus ditempuh.

Dalam dunia pendidikan, kurikulum memiliki pengertian sebagai suatu rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Konsep kurikulum ini kemudian semakin berkembang seiiring berjalannya waktu. Oleh karena itu kurikulum senantiasa diperbarui.

Terdapat dua macam pandangan mengenai kurikulum. Pandangan pertama menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa untuk memperoleh ijazah. Pandangan pertama ini disebut sebagai pandangan lama atau konvensional karena sifatnya yang terlalu sempit.

Pandangan yang kedua adalah pandangan modern. Menurut pandangan modern, kurikulum merupakan dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki siswa melalui pengalaman belajar. Pandangan ini membuat konteks kurikulum memiliki cakupan yang luas dan memungkinkan untuk senantiasa berkembang.

Dari keseluruhan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum pendidikan merupakan seperangkat rencana tertulis dan pengaturan pendidikan. Kurikulum terdiri dari tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum dirancang khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Kurikulum IPA SD

Pendidikan IPA SD tentu juga tidak lepas dari kurikulum. Adapun latar belakang dibutuhkannya kurikulum pendidikan IPA SD adalah pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dengan demikian, akan selalu ada hubungan dengan prospek pengembangan lebih lanjut dala menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Pada saat penerapan KTSP, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Untuk kurikulum 2013, Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti adalah acuan utama bagi pembelajaran.

Adapun ruang lingkup dalam pendidikan IPA SD mencakup empat hal. Empat hal itu adalah makhluk hidup dan proses kehidupan; benda serta sifat dan kegunaannya; energi dan perubahannya; dan Bumi serta alam semesta.

Ruang lingkup makhluk hidup dan proses kehidupan mempelajari materi yang berhubungan dengan manusia, hewan, tumbuhan, serta interaksi ketiganya, dan juga hubungannya dengan kesehatan. Sedangkan ruang lingkup benda materi serta sifat dan kegunaannya berisi tentang benda padat, cair, dan gas.  Ruang lingkup energi dan perubahannya berisi tentang gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. Terakhir, ruang lingkup Bumi dan alam semesta berisi materi tentang tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Kerangka dasar dan struktur kurikulum IPA SD

Kerangka dasar kurikulum IPA SD terdiri dari tiga hal, yaitu kelompok mata pelajaran, prinsip pengembangan kurikulum, dan prinsip pelaksanaan kurikulum. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Sedangkan untuk kurikulum 2013 kurikulum dikembangkan oleh pemerintah dengan memberikan patokan kompetensi dasar dan kompetensi inti yang kemudian harus dikembangkan secara integratif dengan pengetahuan yang lainnya.

Terdapat tujuh hal yang menjadi prinsip pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2.      Beragam dan terpadu.
3.      Tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan seni.
4.      Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5.      Menyeluruh dan berkesinambungan.
6.      Belajar sepanjang hayat.
7.      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum tidak hanya perlu dikembangakan, tetapi juga harus dilaksanakan. Adapun prinsip pelaksanaan kurikulum adalah:
1.      Didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
2.      Menegakkan lima pilar belajar, yaitu belajar untuk bertakwa kepada Tuhan YME.; memahami dan menghayati; melaksanakan dan berbuat secara efektif; hidup bersama dan berguna bagi orang lain; membangun dan menemukan jatidiri melalui proses PAIKEM.
3.      Memungkinkan peserta didik mendapat layanan perbaikan dan pengayaan.
4.      Hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai.
5.      Menggunakan pendekatan multisinergi, multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6.      Mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya.
7.      Mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.

Setiap kurikulum pendidikan memiliki struktur tersendiri. Definisi struktur kurikulum adalah pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam KTSP kedalaman muatan kurikulum dituangkan dalamàkompetensi. Kompetensi terdiri dari 2 macam, yaitu: (1) Standar Kompetensi dan (2) Kompetensi Dasar. Sedangkan dalam kurikulum 2013 terdiri dari Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti.

Tujuan pembelajaran dan dampaknya terhadap pembelajaran IPA SD

Tujuan pembelajaran IPA SD/MI yang disuratkan dalam latar belakang mata pelajaran IPA SD/MI menegaskan bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah melalui inkuiri ilmiah, dan mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup; untuk mengembangkan kemampuan menerapkan konsep IPA yang dimiliki siswa melalui pembelajaran Salingtemas, dalam bentuk kegiatan merancang dan membuat suatu karya.
           
Pelaksanaan pembelajaran IPA harus selalu menerapkan pesan dalam 2 tujuan pembelajaran, yaitu dilaksanakan dengan:
1.      Inkuiri ilmiah (penyelidikan)à memberi pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan silap ilmiah.
2.      Berorientasi pada pembelajaran SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat).

Pembelajaran IPA harus:
1)      tidak melalui pemindahan pengetahuan (istilah, fakta, konsep, prinsip, hukum/teori) dari guru kepada siswa,
2)      melalui inkuiri ilmiah (penyelidikan), dan melalui penerapan konsep-konsep IPA dalam bentuk merancang dan membuat suatu karyaàmemberi kebermaknaan hasil belajar bagi diri siwa dalam menjalani kehidupan.

Referensi
Djojosoediro, Wasih. Kurikulum IPA SD (KTSP).pdf
Muhtadi, Ali. Konsepsi Kurikulum.pdf


HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA SD

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA SD
Pengertian Belajar dan Pembelajaran IPA

Belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sepanjang hayat. Pengertian belajar menurut Sagala (2008) adalah komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalam proses belajar secara formal terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul pengembangan kurikulum.
Menurut Morgan (1986), belajar adalah proses yang membawa perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai proses latihan dan pengalaman. Lebih lanjut, Ormrod (1995) memberikan dua klasifikasi perubahan tingkah laku dalam proses belajar, yaitu perubahan tingkah laku secara fisik dan secara mental. Perubahan ttingkah laku secara fisik maupun mental tersebut adalah perubahan dari tingkah laku yang kurang baik menjadi yang lebih baik.

Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat diketahui bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dipengaruhi latihan dan pengalaman, dan biasanya bersifat relatif tetap.

Selanjutnya, Daeng (1984) menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Jadi segala usaha yang dilakukan untuk membuat siswa belajar adalah pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru harus mendorong dan memfasilitasi siswa dalam kegiatannya belajar. Komunikasi yang tterjalin dalam proses pembelajaran berlangsung banyak arah, baik dari guru kepada siswa, siswa kepada guru, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran selalu melibatkan semua aktivitas, fasilitas, dan sumber belajar untuk menunjang ketercapaian tujuan belajar.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan belajar dengan pembelajaran. Jika belajar adalah proses perubahan tingkah laku baik fisik maupun mental yang didapat dari latihan dan pengalaman, maka pembelajaran adalah proses untuk membelajarkan yang meliputi segala aktivitas, komunikasi banyak arah, dan melibatkan semua komponen belajar. Selain itu, belajar memiliki tujuan untuk memperoleh atau mendapatkan hasil belajar berupa pengalaman, kemampuan, dan pengetahuan. Sedangkan tujuan dari pembelajaran adalah mengembangkan hasil belajar tersebut.

Pembelajaran IPA SD adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Proses pembelajaran ini melibatkan komunikasi antara guru dengan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran IPA akan sangat efektif jika kegiatan belajar yang dilakukan memiliki kesesuaian dengan situasi kehidupan nyata.

Kegiatan pebelajaran IPA harus juga melibatkan aktivitas siswa. Hal ini lebih dikenal sebagai learning by doing. Samatowa (2011) menyatakan bahwa seorang anak akan memiliki daya ingat yang luar biasa ketika ia memiliki pengalaman langsung. Dengan demikian, pembelajaran IPA tidak dapat dipisahkan dari metode eksperimen ataupun demonstrasi.

Piaget menyatakan bahwa kemampuan anak untuk membuat suatu konsep, sangat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh anak tersebut. Dengan demikian, anak akan bisa mengembangkan kemampuan kognitifnya jika ia telah memiliki struktur pengetahuan. Struktur pengetahuan tersebut dikenal sebagai skemata.

Misalnya seorang anak yang dari kecil melihat gambar sapi berkaki empat di buku gambarnya. Kemudian, suatu saat anak tersebut diajak bermain ke kebun binatang. Ketika melihat ada rusa berkaki empat, anak tersebut mengungkapkan bahwa itu sapi. Setalah diberitahu oleh ibunya, bahwa itu bukan sapi tetapi itu adalah rusa, maka ia mengkonstruksi pengetahuan baru. Selanjutnya anak itu mengembangkan konsepnya mengenai hewan yang berdiri si samping rusa kecil itu adalah ayah dan ibu rusa. Pengkonsepsian anak tersebut berasal dari pengetahuan yang sudah didapatkan dari pengalaman sebelumnya.

Adapun tujuan pembelajaran IPA pada tingkat sekolah dasar adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh, IPA juga bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan demikian, siswa akan memiliki keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan sehingga memicu kesadaran untuk turut berperan serta dalam menjaga lingkungan alam sekitar.

Paradigma Absolutisme dan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA

Dilihat dari segi kurikulumnya, pembelajaran IPA dapat diklasifikasikan dalam dua paradigma. Paradigma yang pertama adalah paradigma absolutisme dan paradigma yang kedua adalah paradigma konstruktivisme. Dua macam paradigma ini membawa dampak yang berbeda dalam pembelajaran IPA.

Dalam paradigma absolutisme, materi pembelajaran haruslah disusun oleh para ahli, baik ahli IPA maupun ahli pendidik IPA. Proses pedagoginya berbentuk alih pengetahuan. Jadi tugas guru hanyalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya sehingga siswa memiliki pengetahuan yang sama dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Teori perkembangan siswa lebih mengacu pada teori tabula rasa yang dikemukakan John Lock. Teori ini menyatakan bahwa siswa hanyalah sebagai kertas putih yang siap ditulisi apapun oleh guru. Implikasinya, kegiatan evaluasi hanyalah untuk mengukur sejauh mana siswa mampu menerima pengetahuan yang diberikan guru.

Paradigma konstruktivisme memiliki dampak yang berbeda dengan paradigma absolutisme dalam pembelajaran IPA. Materi pembelajaran, menurut paradigma konstruktivisme, haruslah ditetapkan oleh guru dan siswa dengan menyesuaikan kebutuhan siswa. Pedagoginya berbentuk proses memfasilitasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan dengan baik. Dengan demikian, kegiatan evaluasi adalah proses penilaian proses dari awal hingga akhir proses belajar.
Paradigma konstruktivisme mengakui siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuannya sendiri sebelum ia mempelajari sesuatu. Pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan awal siswa. Tugas guru adalah memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan awal tersebut sehingga dapat membentuk pengetahuan yang baru.

Simpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA SD sangat penting dilaksanakan. Pembelajaran IPA tersebut memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang sesuai dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, kelestarian lingkungan dan pemanfaatan teknologi dapat dicapai.

Terdapat dua paradigma dalam pembelajaran IPA yang memberikan dampak yang berbeda. Paradigma absolutisme dipandang sebagai paradigma tradisional yang mana menganggap pembelajaran IPA hanyalah merupakan proses transfer ilmu pengetahuan dari para ahli kepada peserta didik melalui ceramah yang disampaikan oleh guru. Sedangkan paradigma konstruktivisme dipandang sebagai paradigma yang lebih modern dengan mengakui adanya pengetahuan awal siswa. Tugas guru adalah sebagai fasilitator sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri melalui pengetahuan-pengetahuan awal yang dimilikinya.

Referensi
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT.Indeks.
Inisiasi_Pengembangan_Pembelajaran_IPA_2.pdf