HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA SD

Pengertian Belajar dan Pembelajaran IPA

Belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sepanjang hayat. Pengertian belajar menurut Sagala (2008) adalah komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalam proses belajar secara formal terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul pengembangan kurikulum.
Menurut Morgan (1986), belajar adalah proses yang membawa perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai proses latihan dan pengalaman. Lebih lanjut, Ormrod (1995) memberikan dua klasifikasi perubahan tingkah laku dalam proses belajar, yaitu perubahan tingkah laku secara fisik dan secara mental. Perubahan ttingkah laku secara fisik maupun mental tersebut adalah perubahan dari tingkah laku yang kurang baik menjadi yang lebih baik.

Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat diketahui bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dipengaruhi latihan dan pengalaman, dan biasanya bersifat relatif tetap.

Selanjutnya, Daeng (1984) menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Jadi segala usaha yang dilakukan untuk membuat siswa belajar adalah pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru harus mendorong dan memfasilitasi siswa dalam kegiatannya belajar. Komunikasi yang tterjalin dalam proses pembelajaran berlangsung banyak arah, baik dari guru kepada siswa, siswa kepada guru, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran selalu melibatkan semua aktivitas, fasilitas, dan sumber belajar untuk menunjang ketercapaian tujuan belajar.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan belajar dengan pembelajaran. Jika belajar adalah proses perubahan tingkah laku baik fisik maupun mental yang didapat dari latihan dan pengalaman, maka pembelajaran adalah proses untuk membelajarkan yang meliputi segala aktivitas, komunikasi banyak arah, dan melibatkan semua komponen belajar. Selain itu, belajar memiliki tujuan untuk memperoleh atau mendapatkan hasil belajar berupa pengalaman, kemampuan, dan pengetahuan. Sedangkan tujuan dari pembelajaran adalah mengembangkan hasil belajar tersebut.

Pembelajaran IPA SD adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Proses pembelajaran ini melibatkan komunikasi antara guru dengan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran IPA akan sangat efektif jika kegiatan belajar yang dilakukan memiliki kesesuaian dengan situasi kehidupan nyata.

Kegiatan pebelajaran IPA harus juga melibatkan aktivitas siswa. Hal ini lebih dikenal sebagai learning by doing. Samatowa (2011) menyatakan bahwa seorang anak akan memiliki daya ingat yang luar biasa ketika ia memiliki pengalaman langsung. Dengan demikian, pembelajaran IPA tidak dapat dipisahkan dari metode eksperimen ataupun demonstrasi.

Piaget menyatakan bahwa kemampuan anak untuk membuat suatu konsep, sangat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh anak tersebut. Dengan demikian, anak akan bisa mengembangkan kemampuan kognitifnya jika ia telah memiliki struktur pengetahuan. Struktur pengetahuan tersebut dikenal sebagai skemata.

Misalnya seorang anak yang dari kecil melihat gambar sapi berkaki empat di buku gambarnya. Kemudian, suatu saat anak tersebut diajak bermain ke kebun binatang. Ketika melihat ada rusa berkaki empat, anak tersebut mengungkapkan bahwa itu sapi. Setalah diberitahu oleh ibunya, bahwa itu bukan sapi tetapi itu adalah rusa, maka ia mengkonstruksi pengetahuan baru. Selanjutnya anak itu mengembangkan konsepnya mengenai hewan yang berdiri si samping rusa kecil itu adalah ayah dan ibu rusa. Pengkonsepsian anak tersebut berasal dari pengetahuan yang sudah didapatkan dari pengalaman sebelumnya.

Adapun tujuan pembelajaran IPA pada tingkat sekolah dasar adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh, IPA juga bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan demikian, siswa akan memiliki keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan sehingga memicu kesadaran untuk turut berperan serta dalam menjaga lingkungan alam sekitar.

Paradigma Absolutisme dan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA

Dilihat dari segi kurikulumnya, pembelajaran IPA dapat diklasifikasikan dalam dua paradigma. Paradigma yang pertama adalah paradigma absolutisme dan paradigma yang kedua adalah paradigma konstruktivisme. Dua macam paradigma ini membawa dampak yang berbeda dalam pembelajaran IPA.

Dalam paradigma absolutisme, materi pembelajaran haruslah disusun oleh para ahli, baik ahli IPA maupun ahli pendidik IPA. Proses pedagoginya berbentuk alih pengetahuan. Jadi tugas guru hanyalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya sehingga siswa memiliki pengetahuan yang sama dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Teori perkembangan siswa lebih mengacu pada teori tabula rasa yang dikemukakan John Lock. Teori ini menyatakan bahwa siswa hanyalah sebagai kertas putih yang siap ditulisi apapun oleh guru. Implikasinya, kegiatan evaluasi hanyalah untuk mengukur sejauh mana siswa mampu menerima pengetahuan yang diberikan guru.

Paradigma konstruktivisme memiliki dampak yang berbeda dengan paradigma absolutisme dalam pembelajaran IPA. Materi pembelajaran, menurut paradigma konstruktivisme, haruslah ditetapkan oleh guru dan siswa dengan menyesuaikan kebutuhan siswa. Pedagoginya berbentuk proses memfasilitasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan dengan baik. Dengan demikian, kegiatan evaluasi adalah proses penilaian proses dari awal hingga akhir proses belajar.
Paradigma konstruktivisme mengakui siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuannya sendiri sebelum ia mempelajari sesuatu. Pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan awal siswa. Tugas guru adalah memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan awal tersebut sehingga dapat membentuk pengetahuan yang baru.

Simpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA SD sangat penting dilaksanakan. Pembelajaran IPA tersebut memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang sesuai dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, kelestarian lingkungan dan pemanfaatan teknologi dapat dicapai.

Terdapat dua paradigma dalam pembelajaran IPA yang memberikan dampak yang berbeda. Paradigma absolutisme dipandang sebagai paradigma tradisional yang mana menganggap pembelajaran IPA hanyalah merupakan proses transfer ilmu pengetahuan dari para ahli kepada peserta didik melalui ceramah yang disampaikan oleh guru. Sedangkan paradigma konstruktivisme dipandang sebagai paradigma yang lebih modern dengan mengakui adanya pengetahuan awal siswa. Tugas guru adalah sebagai fasilitator sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri melalui pengetahuan-pengetahuan awal yang dimilikinya.

Referensi
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT.Indeks.
Inisiasi_Pengembangan_Pembelajaran_IPA_2.pdf


0 Response to "HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA SD"

Post a Comment