KONSEP PEMIKIRAN ZAMAN REALISME

Penulis: Rakay Sutamayapanna


Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum (Sadulloh, 2008: 96). Prinsip kerja filsafat pendidikan akan selaras dengan filsafat umum. Hanya saja penerapannya dikhususkan ke dalam pendidikan. Lebih lanjut, Sadulloh (2008. 96) menjelaskan bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya akan menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil filsafat, yaitu hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.

Dalam perkembangannya, aliran-aliaran filsafat juga bermunculan. Munculnya aliran-aliran filsafat tersebut memberikan dampak pada penerapannya dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, akan ditemukan berbagai macam pandangan filsafat pendidikan yang bersesuai dengan konsep yang diajarkan oleh aliran filsafat umum. Salah satu aliran filsafat yang berkembang di abad modern adalah filsafat realisme. Aliran ini memberikan implikasi bagi munculnya filsafat pendidikan realisme.

Filsafat realisme adalah salah satu aliran filsafat modern di Eropa, khususnya di Inggris setelah tahun 1600 M. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap filsafat idealisme dan rasionalisme yang meluas sejak zaman Yunani klasik. Pada perkembangan selanjutnya, filsafat realisme juga memberikan sumbangsih terhadap perkembangan dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai kosep pemikiran pada zaman realisme dan implikasi terhadap dunia pendidikan.

Pengertian Realisme
Menurut Sadulloh (2008: 103), pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme memandang realistas menjadi dua bagian, yakni subjek yang menyadari dan mengetahui, serta adanya realita di luar manusia yang merupakan objek pengetahuan manusia. Dengan demikian, realisme memandang realitas adalah interaksi yang terjadi antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Tim Pengembangan Ilmu Pengetahuan (2007) menuliskan bahwa dalam bidang pendidikan, realisme  terfokus pada tujuan pendidikan untuk membina kemampuan manusia melakukan interrelasi yang konstruktif. Hal ini diaplikasikan dalam hubungan manusia sebagai warga masyarakat dan melakukan penyesuaian diri dengan mengelola tanpa terlalu mengeksploitasi alam. Dengan demikian, pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara yang membantu siswa untuk memahami dan menerima hukum alam dan kehidupan nyata dengan apa adanya.
           
Bentuk-bentuk Pemikiran Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller (dalam Sadulloh, 2008: 103) mengklasifikasikan realisme menjadi dua bentuk, yakni realisme rasional dan realisme naturalis. Dari kedua bentuk tersebut, dapat dipilah-pilah menjadi beberapa bagian. Realisme rasional dibagi lagi menjadi realisme klasik dan realisme religius. Selain itu, muncul beberapa aliran yang termasuk realisme, yaitu neo realisme dan realisme kritis.

A. Bentuk Pemikiran Realisme Klasik
Realisme klasik oleh Brubacher dalam Sadulloh (2008: 104) disebut sebagai humanisme rasional. Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident”, di mana manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas dan kebenaran religius.

Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman manusia. Yang esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia. Realisme klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan fisik dan sosial.

Selain menekankan pada mata pelajaran (subject matter), sekolah hendaknya juga menghasilkan individu-individu yang sempurna. Menurut Aristotees, manusia sempurna adalah manusia moderat yang mengambil jalan tengah. Dengan demikian, anak harus diajarkan ukuran moral absolut dan universal, sebab apa yang dikatakan baik atau benar adalah untuk keseluruhan umat manusia, bukan hanya untuk satu ras atau suatu kelompok masyarakat tertentu. Hal ini penting bagi anak untuk mendapatkan kebiasaan baik. Kebaikan tidak datang dengans endirinya, melainkan harus dipelajari.
           
B. Bentuk Pemikiran Realisme Religius
Pandangan realisme religius tampak dualistis. Pandangan aliran ini adalah terdapat dua order yang terdiri atas order natural dan order supernatural. Keduanya berpusat pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta alam dan abadi.

Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan, di mana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut. Tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan sosial saja.

Perbedaan antara realisme religius dengan realisme natural adalah berkenaan dengan pandangan mengenai moral. Realisme natural terbatas pada moral alamiah. Sedangkan realisme religius beranggapan bahwa manusia diciptakan memiliki kemampuan untuk melampaui alam natural dan mencapai nilai supernatural.

Beberapa prinsip mengajar yang dikemukakan oleh Johan Amos Comenius, salah seorang penganut paham realisme religius, adalah sebagai berikut:
  • Pelajaran harus didasarkan pada minat siswa. Keberhasilan dalam belajar tidak karena dipaksakan dari luar, melainkan merupakan suatu hasil perkembangan dari dalam pribadinya.
  • Pada waktu permulaan belajar, guru harus menyusun outline secara garis besar dari setiap mata pelajaran.
  • Guru harus menyiapkan dan menyampaikan informasi dari garis-garis besar pelajaran sebelum pelajaran dimulai, atau pada waktu permulaan pelajaran.
  • Kelas harus diisi dengan gambar-gambar, peta, motto, dan sejenisnya yang berkaitan dengan rencana pelajaran yang akan diberikan.
  • Guru menyampaikan pelajaran sedemikian rupa, sehingga pelajaran merupakan suatu kesatuan. Setiap pelajaran merupakan suatu keseimbangan dari pelajaran sebelumnya, dan untuk perkembangan pengetahuan secara terus menerus.
  •  Apapun yang dilakukan guru, hendaknya membantu untuk pengembangan hakikat manusia. Kepada siswa ditunjukkan kepentingan yang praktis dari setiap sistem nilai.
  • Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukkan bagi semua anak.

C. Bentuk Pemikiran Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains di Eropa pada abad XV dan XVI. Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan sosial. Berpikir adalah fungsi yang sangat kompleks dari organisme yang berhubungan dengan lingkungannya. Kebanyakan penganut realisme naturalis menolak eksistensi kemauan bebas (free will).

Teori kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realisme natural ilmiah adalah teori korespondensi tentang kebenaran. Teori tersebut mengatakan bahwa kebenaran adalah persesuaian terhadap fakta dengan situasi yang nyata. Dengan demikian, kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan faktanya sendiri, atau anatara pikiran dengan realitas situasi lingkungannya. Teori ini sebagai suatu penolakan terhadap teori koherensi yang dinyatakan kaum idealis, yang mengemukakan bahwa pengetahuan itu benar karena selaras atau bertalian dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jadi, menurut realisme natural ilmiah, pengetahuan yang sahih adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi atau penginderaan. Dengan demikian, teori pengetahuan yang diikuti adalah teori pengetahuan empirisme. Realisme natural mengajarkan bahwa baik dan salah adalah hasil pemahaman kita tentang alam, bukan prinsip-prinsip agama atau dari luar alam indera. Pendidikan menurut realisme natural haruslah ilmiah dan yang menjadi objek penelitiannya adalah kenyataan dalam alam.

Baik realisme rasional maupun realisme natural ilmiah sependapat bahwa menanamkan dan pemilihan pengetahuan yang akan diberikan di sekolah adalah penting. Inisiatif dalam pendidikan adalah terletak pada guru, bukan siswa. Materi atau bahan ajar yang baik adalah bahan pelajaran yang memberikan kepuasan pada minat dan kebutuhan siswa. Namun, yang paling penting adalah bagaimana guru dapat memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan pada minat dan kebutuhan siswa.

D. Bentuk Pemikiran Neo Realisme
Aliran neo realisme dinyatakan oleh Frederick Breed. Menurutnya, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi yang pertama adalah hormat dan menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai menerima arah tuntutan sosial dan individual. Istilah demokrasi harus didefinisikan ulang sebagai pengawasan dan kesejahteraan sosial.

Breed juga mengatakan bahwa sekolah harus menghantarkan pewarisan sosial sedemikian rupa untuk menanamkan kepada generasi muda dengan kenyataan bahwa kebenaran merupakan unsur penting dari tradisi masyarakat. Ia mendorong untuk membantu pemuda sehingga dapat menyesuaikan diri pada fakta yang sebenarnya, pada alam realitas yang bebas, yang menjadi unsur utama atau yang menjadi tulang punggung pengalaman manusia.

E. Bentuk Pemikiran Realisme Kritis
Realisme kritis didasarkan atas pemikiran Immanuel Kant. Ia mensintesiskan pandangan-pandangan yang berbeda, antara rasionalisme dan empirisme, antara skeptisisme dan paham kepastian, antara eudaemonisme dengan puritanisme. Ia bukan melakukan ekletisisme yang dangkal, melainkan suatu sintesis asli yang menolak kekurangan-kekurangan yang berada pada kedua pihak yang disintesiskannya, dan ia membangun suatu filsafat yang kuat.

Menurut Kant, semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak berarti semuanya dari pengalaman. Objek luar dikenal melalui indera, namun pikiran atau rasio, atau pengertian, mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman tersebut. Pikiran tanpa isi adalah kosong, dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta.

Pengalaman tidak hanya sekadar warna, suara, bau yang diterima alat indera, melainkan hal-hal tersebut diatur dan disusun menjadi suatu bentuk yang terorganisasi oleh pikiran kita. Pengalaman merupakan suatu interpretasi tentang benda-benda yang kita terima melalui alat indera kita. Di dalam interpretasi tersebut, kita menggunakan suatu struktur tertentu untuk mengorganisasikan benda-benda.

Lebih lanjut, Kant menyatakan bahwa manusia telah dilengkapi dengan seperangkat kemauan, sehingga kita dapat memberi bentuk terhdap data mentah yang kita amati. Dengan demikian, kita mungkin memiliki pengetahuan apriori, yang tidak perlu untuk mengalami sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang fundamental, dan pengetahuan yang aposteriori, pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman.

Pengaruh Konsep Realisme terhadap Dunia Pendidikan
Berkembangnya aliran realisme ini juga memberikan implikasi bagi perkembangan dunia pendidikan. Dalam filsafat pendidikan, filsafat pendidikan realisme mempengaruhi mulai dari tujuan pendidikan, kedudukan siswa, peranan guru, kurikulum, dan bahkan metode. Power (1982) dalam Sadulloh (2008:112) mengemukakan bahwa implikasi pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
  • Tujuan pendidikan adalah mengarahkan pada penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
  • Dalam hal pelajaran, siswa memiliki kedudukan agar menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
  • Peranan guru adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi siswa.
  • Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
  • Metode dalam hal belajar adalah tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.


Simpulan
Filsafat pendidikan realisme muncul sebagai bentuk reaksi terhadap pandangan filsafat idealisme dan rasionalisme. Filsafar realisme ini memiliki kaitan erat dengan munculnya empirisme. Empirisme menganggap bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indera, realisme menyempurnakan pernyataan tersebut bahwa pengetahuan yang berasal dari pengalaman indera itu juga harus sesuai dengan kenyataan.

Selain itu, Kant, yang merupakan pencetus realisme kritis mengemukakan bahwa ada keterkaitan antara pengalaman indera dengan rasio. Oleh karenanya, tidak ada pengetahuan yang hanya berasal dari pengalaman indera saja maupun rasio saja. Pengetahuan dan kebenaran diperoleh dengan cara pengalaman indera yang telah didapat, kemudian pengalaman-pengalaman tersebut diorganisasikan oleh rasio menjadi pengetahuan. Dengan demikian, realisme dapat juga dikatakan menggabungkan prinsip-prinsip rasionalisme dan empirisme yang kemudian dikorelasikan dengan kenyataan untuk menentukan kebenarannya. 

Daftar Pustaka

Sadulloh, Uyoh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

 

Tim pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teoretis. Tanpa Kota: PT. IMTIMA.


 

0 Response to "KONSEP PEMIKIRAN ZAMAN REALISME"

Post a Comment