Kesan Pemaksaan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 yang dicetuskan Menteri Pendidikan baru-baru ini menuai banyak tanggapan negatif dari berbagai kalangan. Betapa tidak, implementasi Kurikulum 2013 ini dinilai masih terlalu cepat. Sehingga banyak pihak yang masih merasa belum mampu beradaptasi dengan aturan-aturan baru yang termuat dalam kurikulum tersebut.

Kurikulum 2013
Implementasi Kurikulum 2013
Kementerian Pendidikan memang mencetuskan Kurikulum 2013 dengan harapan hal tersebut dapat mengubah paradigma mengajar para guru dan paradigma belajar peserta didik. Dengan mengimplementasikan Kurikulum 2013, peserta didik diharapkan mampu secara aktif dan efektif melaksanakan kegiatan belajar. Sisiwa menjadi lebih sering bertanya dan memberikan umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Namun, di sisi lain, penerapan Kurikulum 2013 ini dirasa sangat mendadak dan minim persiapan. Masih banyak sekolah yang belum siap menjalankan Kurikulum 2013, terutama sekolah yang ada di daerah-daerah. Hal ini dikemukakan oleh Sekjen Federasi Seikat Guru Indonesia (FSGI) kepada Lampung Post, "Alasan kami, jelas kurikulum 2013 ini masih ada cacatnya karena kurangnya kesiapan sekolah dan kualitas guru di berbagai daerah. Saya tahu sistem itu dipaksakan untuk dijalankan, sayangnya hasilnya tidak akan efektif."

Selain itu, kendala juga terjadi pada pendistribusian buku-buku yang nantinya menjadi panduan siswa dalam belajar. Buku-buku mata pelajaran belum didistribusikan secara merata. Hal ini tentu membuat kesulitan tersendiri bagi guru untuk mempersiapkan materi, metode, dan media pembelajaran.

Melihat kondisi yang terjadi di masyarakat, implementasiKurikulum 2013 perlu ditinjau ulang. Kesan terburu-buru tidak dapat dihindari karena nyata-nyata masih banyak sekolah yang tidak siap dan belum mendapatkan distribusi buku yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan kebudayaan hendaknya perlu melakukan berbagai macam persiapan secara komprehensif sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang membuat penerapan Kurikulum 2013 terhambat.

Review Singkat Buku: MULTIPLE INTELLIGENCES, MEMAKSIMALKAN POTENSI & KECERDASAN INDIVIDU DARI MASA KANAK-KANAK HINGGA DEWASA


Judul: MULTIPLE INTELLIGENCES, MEMAKSIMALKAN POTENSI & KECERDASAN INDIVIDU DARI MASA KANAK-KANAK HINGGA DEWASA.
Penulis: Howard Gardner
Penerbit: Daras Books
Tahun Terbit: 2013

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya cerdas dan sukses? Orang tua mana yang tidak ingin sang anak punya bakat dan mahir dalam semua hal yang ditekuninya? Sejatinya, setiap individu, bila dibiarkan berkembang dengan benar dan tepat, punya potensi untuk mencapai beragam kesuksesan dalam hidup. Namun sayangnya, kebanyakan pola pendidikan yang ada sekarang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan tiap individu untuk bertumbuh secara optimal. Kebanyakan pola pendidikan yang ada sekarang tidak cukup memberikan ruang bagi keunikan masing-masing individu.
Howard Gardner telah mengubah wajah pendidikan dengan konsepnya Multiple Intelligences. Ribuan pendidik, orang tua, dan peneliti di seluruh dunia telah mengambil manfaat dari praktik dan aplikasi teori Multiple Intelligences.

Dengan memahami dan mempraktikkan konsep Multiple Intelligences, kita bisa membantu anak-anak kita, dan bahkan diri kita sendiri, untuk memaksimalkan segenap potensi yang ada pada diri masing-masing sehingga mampu memenangi persaingan dunia modern yang semakin ketat.


Review Singkat Buku: EVALUASI PEMBELAJARAN, PRINSIP, TEKNIK, PROSEDUR.

Judul: EVALUASI PEMBELAJARAN, PRINSIP, TEKNIK, PROSEDUR.
Penulis: Zaenal Arifin
Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya

Buku Evaluasi Pembelajaran
Salah satu komponen penting yang juga merupakan tugas profesional guru dalam pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi pembelajaran. Istilah “evaluasi” sengaja digunakan oleh penulis untuk membedakannya dengan istilah “penilaian”. Alsannya, pembelajaran sebagai suatu sistem tidak hanya terdiri atas hasil belajar tetapi juga komponen-komponen penting lainnya, seperti guru, strategi, dan media. Namun, bukan berarti di dalam buku ini tidak digunakan istilah penilaian karena hal tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari evaluasi itu sendiri.

Sebagai bentuk akuntanbilitas guru dalam melaksanakan pembelajaran, maka setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya harus memahami konsep, prinsip, teknik, dan prosedur evaluasi pembelajaran sehingga hasil evaluasi dapat memberikan kepuasan bagi berbagai pihak. Di lingkungan pendidikan formal, guru juga harus dapat menggunakan berbagai inovasi dan model penilaian yang diamanatkan oleh pemerintah melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yaitu penilaian berbasis kelas (classroom-based assesment) dengan salah satu jenisnya adalah penilaian portofolio (portofolio assesment).

Hasil evaluasi pembelajaran selain untuk mengisi buku rapor peserta didik juga dapat dijadikan feedback bagi guru untuk melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, setiap saat guru dapat meningkatkan kinerjanya sehingga secara bertahap tapi pasti mutu pendidikan dapat ditingkatkan.