CARA MUDAH MEMBUAT JUDUL PENELITIAN, SKRIPSI, ATAU TESIS

Hallo Sobat Pembaca, salam hangat.


Sobat Pembaca sedang mau membuat penelitian, skripsi, atau mungkin tesis? Pusing memikirkan judul apa yang cocok? Wah tepat sekali kalau begitu. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai bagaimana cara membuat judul penelitian, skripsi, atau tesis.

Sebenarnya, judul penelitian, skripsi, atau tesis itu memiliki komponen yang disebut sebagai variabel. Variabel terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Nah yang menjadi masalah adalah bagaimana kemudian kita mencari variabel bebas dan terikat untuk dijadikan judul penelitian, skripsi, atau tesis?

CARA MUDAH MEMBUAT JUDUL PENELITIAN, SKRIPSI, ATAU TESIS
Tips membuat judul penelitian, skripsi, dan tesis.
Cara yang paling mudah sebenarnya adalah melihat fenomena yang terjadi di sekitar kita. Tentu fenomena tersebut harus berkaitan dengan hal yang ingin kita teliti. Bagi Sobat Pembaca yang sedang membuat skripsi atau tesis, hendaknya fenomena yang terjadi disesuaikan dengan jurusan pendidikan di bangku kuliah yang sedang ditempuh.

Dengan mengamati fenomena yang terjadi di sekitar kita secara detail, maka kita akan mampu menemukan masaah-masalah. Kumpulan masalah itulah yang bermanfaat untuk membuat judul penelitian atau skripsi dan tesis kita nantinya. Ingat, penelitian atau penulisan skripsi dan tesis adalah untuk menyelesaikan suatu masalah secara ilmiah.

Setelah terkumpul berbagai macam masalah, selanjutnya Sobat Pembaca perlu menganalisis masalah yang terjadi sesuai dengan bidang penelitian kita. Jika selesai memilih masalah, maka Sobat Pembaca hendaknya menganalisis masalah itu mengenai penyebab permasalahan terjadi, waktu terjadinya masalah, lokasi masalah ditemukan, dan apakah telah ada langkah-langkah penanggulangan masalah yang terjadi.

Setelah itu, hasil analisis bisa digunakan sebagai variabel bebas dalam membuat judul. Sedangkan masalahnya sendiri bisa digunakan sebagai variabel terikat. Saya akan memberikan sedikit ilustrasi mengenai hal ini. Misalnya masalah yang ditemukan adalah mobil mogok. Setelah dianalisis, penyebab mobil mogok bisa jadi karena masalah mesin mobil, masalah accu mobil, mogok ketika banjir, mogok karena kehabisan bahan bakar, dan lain-lain. Dari hasil analisis tersebut, kita bisa mengambil beberapa hal untuk djadikan variabel bebas dan kemudian menjadikan masalahnya sendiri sebagai variabel terikat. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut:


CARA MUDAH MEMBUAT JUDUL PENELITIAN, SKRIPSI, ATAU TESIS
Masalah dan berbagai analisisnya
Judul penetilian yang saya buat dari hasil analisis tersebut misalnya: "PENGARUH KONDISI MESIN MOBIL DAN BANJIR TERHADAP PERFORMA LAJU KENDARAAN BERMOTOR." Dari judul tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi mesin dan banjir adalah variabel bebas. Sedangkan performa laju kendaraan bermotor adalah variabel terikat. Judul tersebut menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat.

Itulah Sobat Pembaca, tips cara mudah membuat judul penelitian, skripsi, atau tesis yang bisa saya berikan. Semoga bermanfaat bagi Sobat Pembaca sekalian. Selamat berkarya.

TIPS MEMBUAT RUMUSAN MASALAH

Hai Sobat Pembaca, semoga selalu dalam keadaan yang sehat.

Pada kesempatan yang lalu, saya sempat membahas bagaimana cara membuat latar belakang dalam karya tulis ilmiah. Sekarang saya ingin berbagi tentang cara membuat rumusan masalah yang baik dan benar. Rumusan masalah sangat penting untuk memberikan pedoman tentang hal-hal apa saja yang akan kita bahas dalam tulisan ilmiah kita.
Rumusan masalah pada umumnya berbentuk pertanyaan. Menurut Budiharso (2009), rumusan masalah merupakan pertanyaan secara tersurat yang kemudian akan dicarikan jawabannya. Oleh karena itu, rumusan masalah selalu ditulis dengan kata tanya. Kata tanya yang dapat digunakan adalah what, who, when, where, why, dan how. Namun demikian, kata tanya juga bisa dalam bentuk yang lain tanpa harus menggunakan 5W+H seperti yang saya sebutkan.

Rumusan masalah yang baik hendaknya mencerminkan setidaknya dua hal berikut ini:

Disusun secara ringkas
TIPS MEMBUAT RUMUSAN MASALAH
Membuat rumusan masalah yang baik.
Rumusan masalah yang baik hendaknya disusun dalam kalimat tanya yang ringkas. Maksudnya, akan lebih baik dalam satu kalimat tanya hanya mengandung satu pertanyaan. Kalimat tersebut disusun bukan dalam bentuk kalimat bertingkat.

Mencerminkan variabel yang diteliti
Sobat pembaca harus ingat bahwa rumusan masalah bertujuan untuk memberi gambaran tentang hal-hal apa yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Oleh karena itu, variabel penelitian yang tercermin di dalam judul juga harus dicantumkan dalam rumusan masalah. Hal-hal yang berkaitan dengan variabel tersebut tidak hanya terbatas pada definisinya saja, tetapi juga bisa mengenai sifat variabel yang diteliti, bahkan hubungan antar-variabel.

Jika Sobat Pembaca dapat menampilkan kedua hal tersebut dalam rumusan masalah, tentu hal itu akan memudahkan penulisan bab-bab pembahasan selanjutnya.

Untuk jenis-jenis pertanyaan dalam rumusan masalah bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu pertanyaan deskripstif, komparatif, dan asosiatif. Ketiganya dijelaskan sebagai berikut:

Pertanyaan deskriptif adalah pertanyaan yang bertujuan untuk menjelaskan satu variabel secara mandiri. Biasanya pertanyaan jenis ini adalah pertanyaan mengenai pengertian suatu variabel. Contohnya: Apakah yang dimaksud dengan belajar? Pertanyaan semacam itu adalah untuk menggambarkan keadaan seperti bagaimanakah yang disebut sebagai belajar.

Pertanyaan komparatif adalah pertanyaan yang bertujuan untuk membandingkan satu variabel dengan variabel yang lainnya. Biasanya perbandingan ini bisa antar-variabel maupaun variabel yang sama namun sudut pandang berbeda. Contoh: Bagaimanakah pengaruh belajar yang dilakukan pada pagi hari dengan yang dilakukan pada malam hari? Pertanyaan tersebut mengarahkan pada komparasi satu variabel tetapi dilakukan pada waktu yang berbeda.

Pertanyaan asosiatif adalah pertanyaan yang bertujuan untuk menggali hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Hubungan yang terbentuk bisa bersifat sebab akibat, simetris, maupun hubungan interaktif. Contoh: Bagaimanakah hubungan antara pengaturan waktu belajar dengan lingkungan belajar terhadap peningkatan prestasi anak di sekolah?

Demikianlah penjelasan ringkas mengenai tips membuat rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah. Semoga dapat bermanfaat bagi sobat pembaca sekalian. Selamat berkarya.

Referensi
Budiharso, Teguh. 2009. Panduan Lengkap Penulisan Karya Ilmiah Skripsi,Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta: Venus.

BAGAIMANA CARA MEMBUAT LATAR BELAKANG MASALAH YANG BAIK DAN BENAR?

Halo Sobat Pembaca,


Kita semua tahu bahwa setiap penulisan karya tulis ilmiah selalu melibatkan bagian latar belakang masalah. Namun demikian, masih banyak di antara para penulis pemula yang masih bingung tentang bagaimana cara menulis latar belakang masalah yang baik dan benar. Tapi tenang, Sobat Pembaca tidak perlu khawatir, karena pada kesempatan kali ini, saya akan sharing tentang bagaimana cara membuat latar belakang masalah yang baik dan benar.

BAGAIMANA CARA MEMBUAT LATAR BELAKANG MASALAH YANG BAIK DAN BENAR?
Bingung cara membuat latar belakang yang baik?
Biasanya latar belakang masalah terletak pada Bab I Pendahuluan suatu karya tulis ilmiah. Secara umum, latar belakang masalah adalah bagian tulisan yang mengemukakan berbagai macam alasan mengapa suatu penelitian harus dilakuan. Dari latar belakang masalah ini, pembaca diharapkan mampu mengerti secara garis besar hal apa yang mendasari penulisan laporan penelitian yang dibuat oleh penulis.

Dengan mengetahui alasan-alasan yang melatar-belakangi suatu permasalahan, maka penulis dan pembaca dapat menentukan seberasa besar tingkat ketermendesakan (urgensi) untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, alasan-alasan tersebut harus dikemukakan dengan detail dan spesifik. Hal ini penting dilakukan karena akan menentukan apakah penelitian yang dilakukan itu benar-benar penting atau tidak.

Untuk membuat latar belakang yang baik dan benar, terdapat beberapa komponen yang harus dicantumkan. Komponen-komponen itu meliputi:

Gambaran umum masalah
Pada bagian awal latar belakang masalah, perlu dikemukakan gambaran permasalah yang akan diangkat sebagai tema penulisan. Hal ini penting untuk memberikan pengetahuan awal dalam bentuk informasi bahwa ada "masalah" yang harus diselesaikan. Ingat, setiap penelitian selalu berangkat dari permasalahan yang terjadi.

Bentuk masalah yang diangkat bisa bermacam-macam. Masalah bisa berupa keadaan yang menyimpang dari hal yang seharusnya. Selain itu, masalah juga mungkin timbul karena adanya penerapan kebijakan baru yang bertolak belakang dengan sikap lama yang telah terbentuk sebelumnya. Sobat Pembaca dapat mengamati lingkungan sekitar dengan detail untuk menemukan masalah yang hendak diteliti.

Kondisi ideal yang diharapkan
Jika gambaran umum mengenai masalah telah dibuat, bagian selanjutnya adalah dengan mencantumkan kondisi-kondisi ideal yang diharapkan. Kondisi ideal ini merupakan keadaan yang bertolak belakang dengan masalah yang terjadi. Di sini sudah mulai tampak ada kesenjangan atau kontradiksi antara permasalahan yang terjadi dengan keinginan atau harapan.

Sebab-sebab permasalahan
Selanjutnya, agar lebih meyakinkan pembaca, seorang penulis perlu mengidentifikasi sebab-sebab permasalahan. Setelah sebab-sebab permasalahan ditemukan, penulis perlu memberikan bukti berupa fakta yang terjadi untuk mendukung permasalahan yang akan diangkat. Penulis dapat memperolehnya dari berbagai sumber bacaan. Misalnya melalui surat kabar, siaran berita, atau melalui pernyataan para ahli yang menjelaskan ada permasalahan yang harus diselesaikan. Dengan adanya bukti berupa fakta tersebut, pembaca akan lebih yakin bahwa masalah yang penulis angkat itu benar-benar nyata.

Tingkat kerumitan atau kompleksitas masalah dan dampaknya jika dibiarkan
Penulis juga perlu menggambarkan tingkat kerumitan masalah. Pada bagian ini, penulis harus mampu menggambarkan bahwa masalah yang terjadi bukanlah hal yang sederhana. Jika penulis berhasil menunjukkan tingkat kompleksitas masalah, hal itu akan menjadi bahan penilaian bahwa masalah yang kompleks tersebut perlu diselesaikan melalui cara yang ilmiah.

Setelah itu, penulis juga harus menunjukkan bahwa masalah tersebut akan memberikan pengaruh atau dampak yang membahayakan jika tidak segera diselesaikan. Sebisa mungkin penulis mengemukakan berbagai hal yang memungkinkan menjadi dampak negatif dari permasalahan jika tidak diselesaikan. Dengan begitu, tingkat urgensi penyelesaian masalah akan meningkat.

Cara untuk menyelesaikan masalah
Setelah menggambarkan tingkat urgensi permasalahan, kini tiba saatnya seorang penulis mengemukakan alternatif pemecahan atau penyelesaian masalah. Di sinilah letak penting variabel penelitian untuk menyelesaikan masalah. Biasanya cara untuk menyelesaikan masalah ini berkaitan dengan judul penelitian.

Penjelasan singkat mengenai permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan ruang lingkup atau bidang peneliti
Lagkah selanjutnya, semua hal yang telah dibahas sebelumnya, perlu dibuat kristalisasi. Penulis perlu memberikan penjelasan singkat mengenai masalah-masalah yang sudah dibahas sebelumnya dan mengkristalisasikannya sesuai dengan ruang lingkup dan bidang peneliti. Tujuannya agar pembaca dapat mengetahui fokus penelitian yang dilakukan peneliti.

Jika dicermati, langkah-langkah yang saya kemukakan di atas adalah langkah pembuatan latar belakang dengan metode piramida terbalik. Berangkat dari permasalahan yang umum kemudian sedikit demi sedikit disusun secara mendetail dan terfokus. Dengan mengikuti gaya ini, biasanya pembaca akan lebih mudah memahami apa yang akan penulis bahas dalam bab-bab selanjutnya.

Okay, demikian tips cara membuat latar belakang masalah yang baik dan benar yang saya rangkum dari pengalaman dan hasil membaca saya. Semoga dapat menambah wawasan Sobat Pembaca yang mungkin masih bingung mengenai cara membuat latar belakang masalah yang baik. Semoga posting saya dapat bermanfaat. Selamat berkarya.

BAGAIMANA CARA MEMBUAT PARAGRAF YANG BAIK?

Hai Sobat Pembaca,

Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas mengenai salah satu unsur dari suatu karya tulis, yaitu paragraf. Mungkin kita semua tahu apa itu paragraf. Tetapi untuk membuat paragraf yang baik, kadang kita masih mengalami kesulitan. Oleh karena itu sedikit sharing saya kali ini, diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih mudah dipahami tentang bagaimana cara membuat paragraf yang baik.

Pertama-tama, kita harus mengetahui apa itu paragraf. Dalam semua karya tulis, ide-ide yang disampaikan kepada pembaca tentu disusun dalam bentuk kumpulan paragraf. Secara umum, paragraf diartikan sebagai sekelompok kalimat yang saling berkaitan untuk mengembangkan satu ide pokok. Namun demikian, jumlah kalimat dalam satu paragraf bukan hal yang utama.
Beberapa hal yang dapat dijadikan patokan dalam membuat paragraf yang baik adalah:

Satu Ide Pokok dalam Satu Paragraf
BAGAIMANA CARA MEMBUAT PARAGRAF YANG BAIK?
Paragraf yang baik dalam karya tulis
Paragraf yang baik hendaknya hanya memiliki satu ide pokok. Ide pokok tersebut biasanya dicantumkan dalam kalimat pertama dari suatu paragraf. Ide pokok inilah yang kemudian perlu dikembangkan atau dijelaskan dengan menggunakan kalimat penjelas. Untuk menghindari kebingungan, kalimat yang berisi ide pokok disebut sebagai kalimat topik. Sedangkan kalimat yang menjelaskan kalimat topik disebut sebagai kalimat penjelas.

Jumlah Kalimat dalam Satu Paragraf
Memang pada awal tulisan saya tadi, saya mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam satu paragraf bukanlah hal yang utama. Tetapi, perlu diingat bahwa kalimat topik perlu didukung oleh kalimat penjelas. Sejauh mana batasannya? Batasannya adalah sejauh kalimat penjelas itu mampu mendukung kalimat topik.

Untuk menulis karya tulis ilmiah, pada umumnya satu paragraf paling tidak harus terdiri dari tiga kalimat. Jumlah minimal ini bisa diterjemahkan bahwa kalimat pertama adalah ide pokok atau bagian pembuka. Kalimat kedua dan ketiga adalah untuk menjelaskan dan menyimpulkan kalimat topik tersebut.

Unsur-unsur Penunjang Paragraf
Selain kalimat topik dan kalimat penjelas, paragraf yang baik biasanya memiliki unsur penunjang lainnya. Misalnya keutuhan dari paragraf dan keruntutan paragraf. Kedua hal ini harus dicermati agar ketika membuat karya tulis, Sobat Pembaca dapat membuat alur yang mengalir.

Keutuhan satu paragraf, dapat dicapai dengan syarat dalam satu paragraf tersebut hanya memiliki satu ide pokok. Ide pokok tersebut didukung oleh kalimat penjelas. Dengan demikian kalimat penjelas yang dapat digunakan adalah dengan memberikan penjelasan, contoh-contoh, atau ilustrasi yang lebih rinci dari ide pokok tersebut.

Keruntutan suatu paragraf diperlukan untuk membuat karya tulis menjadi enak dibaca. Oleh karena itu, penulis perlu menyusun kalimat pendukung dalam urutan yang logis. Kemudian penulis harus menghubungkan ide yang terdapat dalam satu paragraf dengan kata-kata transisi.

Singkatnya, paragraf yang baik adalah paragraf yang terdiri dari satu kalimat topik, kalimat penjelas, dan kalimat penyimpul. Selain itu diperlukan unsur tambahan agar paragraf tersebut menjadi sempurna, yaitu adanya keutuhan dan keruntutan kalimat dalam paragraf. Dengan demikian, kelima unsur tersebut perlu dicantumkan dalam paragraf agar paragraf tersebut menjadi paragraf yang sempurna.

Demikian sedikit sharing saya tentang cara membuat paragraf yang baik. Semoga bermanfaat bagi Sobat Pembaca. Selamat berkarya.

BAGAIMANA CARA MEMBUAT KALIMAT TOPIK YANG BAIK?

Hai Sobat Pembaca,


Kemarin saya sempat posting tentang cara membuat paragraf yang baik. Salah satu unsur yang harus terpenuhi sehingga paragraf disebut sebagai paragraf yang sempurna adalah karena adanya kalimat topik. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi satu ide pokok dalam paragraf tersebut.

Menyambung posting saya yang sebelumnya, pada kesempatan kali ini saya akan memberikan tips untuk membuat kalimat topik yang baik. Jika Sobat pembaca mampu membuat kalimat topik yang baik, diharapkan paragraf yang Sobat kembangkan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Jika sudah demikian, pembaca akan bisa fokus dalam membaca tulisan Anda.
Menulis kalimat topik yang baik
Menulis kalimat topik yang baik
Kalimat topik merupakan unsur yang paling penting dalam paragraf. Fungsi dari kalimat topik adalah untuk menunjukkan secara singkat perihal yang akan dibahas dalam satu paragraf tersebut. Kalimat topik inilah yang harus dijadikan pedoman untuk membuat kalimat penjelas. Dengan demikian, kalimat penjelas tidak akan melenceng dari ide yang ingin dikemukakan. Secara khusus, pembaca akan dapat mempersiapkan diri untuk memahami isi paragraf melalui kalimat topik.

Menyadari kedudukan kalimat topik yang sangat penting, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika Sobat ingin membuatnya. hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Gunakan Kalimat Lengkap untuk Membuat Kalimat Topik
Unsur-unsur kalimat dalam kalimat topik hendaknya dibuat secara lengkap. Setidaknya dalam kalimat topik harus ada subjek, predikat, dan pelengkap (objek, pelengkap, atau kata keterangan). lengkapnya unsur-unsur kalimat dalam kalimat topik akan membuat kalimat topik mudah dipahami.

Kalimat Topik Jangan Terlalu Luas dan Jangan Terlalu Sempit
Inilah seni untuk membuat kalimat topik. Kalimat topik yang baik, ia harus ada batasan tertentu sehingga cakupannya tidak terlalu luas. Namun juga tidak boleh terlalu dibatasi yang menyebabkan kalimat tersebut memiliki cakupan yang sempit. Kalimat topik yang terlalu luas menyebabkan ide pengendali menjadi tidak jelas. Sedangkan kalimat topik yang terlalu rinci menyebabkan penulis mengalami kesulitan dalam mengembangkannya.

Contoh kalimat topik yang terlalu luas:
- Pentingnya emas.
- Lukisan yang bagus.

Kalimat topik di atas seharusnya dibuat dengan melengkapi unsur-unsur kalimat. Perubahan contoh kalimat topik di atas bisa saja diganti sebagai berikut:
- Emas adalah jenis logam yang memiliki harga tinggi.
- Lukisan yang dibuat oleh Leonardo da Vinci memiliki nilai estetika yang tinggi.

Contoh kalimat topik yang terlalu rinci:
- Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu "curere" yang artinya lari atau sesuatu yang 
  harus ditempuh dalam beberapa tahapan.

Kalimat topik yang baik hendaknya ditulis dengan unsur yang lengkap. Unsur minimal yang harus ada dalam kalimat topik adalah subjek, predikat, dan pelngekap. Selain itu, kalimat topik hendaknya disusun dalam kalimat yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu rinci.

Demikianlah Sobat Pembaca, sharing saya tentang cara membuat kalimat topik yang baik. Semoga bermanfaat. Selamat berkarya.

IMPLIKASI FILSAFAT KONSTRUKTIVISME TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang memiliki pengaruh besar dalam bidang kehidupan manusia. Pengaruh filsafat konstruktivisme yang memiliki dampak besar salah satunya adalah dalam bidang pendidikan dan pengetahuan. Filsafat konstruktivisme ini memandang bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi dari pengetahuan manusia.[1] Hal inilah yang kemudian menjadi pembeda aliran filsafat konstruktivisme dengan aliran-aliran filsafat yang lainnya.
IMPLIKASI FILSAFAT KONSTRUKTIVISME TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR
Konstruktivisme dalam pendidikan

Salah satu tokoh pendidikan yang menggunakan filsafat konstruktivisme adalah Jean Piaget. Salah satu sumbangsih dari tokoh pendidikan ini adalah teori konstruktivisme Piaget. Secara singkat, teori tersebut menyatakan bahwa pengetahuan yang merupakan hasil konstruksi manusia itu sendiri harus melibatkan keaktifan manusia itu sendiri. Secara ekstrim Piaget menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditranfer dari otak guru yang dianggap tahu kepada siswa, tanpa melibatkan konstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sendiri.[2]

Bidang pendidikan merupakan sarana yang memiliki peran penting dalam pengembangan pengetahuan. Proses pengembangan pengetahuan tersebut dilakukan dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan melibatkan materi ajar, sumber belajar, proses komunikasi, metode pengajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian, jika guru dan siswa dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang baik, maka pengetahuan dapat diharapkan berkembang secara optimal.

Perkembangan konstruktivisme dalam bidang pendidikan tentu memberikan berbagai macam implikasi dalam proses belajar mengajar. Pengaruh-pengaruh tersebut terjadi baik dalam pengertian proses belajar mengajar, penyusunan bahan materi ajar, proses komunikasi dalam pengajaran, metode pengajaran, dan proses evaluasi pembelajaran. Secara umum, filsafat konstruktivisme memberikan implikasi yang jauh berbeda dengan pengaruh yang diberikan oleh aliran filsafat-filsafat lainnya.

Konstruktivisme juga mempengaruhi perubahan strategi belajar mengajar yang dilakukan dalam bidang pendidikan. Strategi belajar mengajar merupakan pola umum kegiatan guru dan siswa yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar.[3] Dengan demikian, strategi belajar mengajar adalah gambaran mengenai aktivitas yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya. Sebelum konstruktivisme  berkembang, strategi pembelajaran biasanya berpusat pada guru (teacher center learning). Namun, ketika konstruktivisme berkembang, terjadi perubahan strategi pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student center learning).

Filsafat konstruktivisme meyakini bahwa proses pembentukan pengetahuan merupakan hasil bentukan atau konstruksi siswa itu sendiri. Hal tersebut memberikan implikasi terhadap pemaknaan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih dipandang sebagai sarana memfasilitasi siswa dalam membentuk pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian, proses belajar mengajar bukanlah proses transfer ilmu dari guru kepada siswa.

Para penganut filsafat konstruktivisme menganggap pengetahuan bukanlah hal yang tetap. Ilmu pengetahuan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu dalam menyusun materi ajar, guru hendaknya memperhatikan kebutuhan siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa tersebut.

Proses belajar mengajar bukanlah proses transfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa. Hal ini memberikan pengaruh langsung terhadap proses komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Komunikasi yang terjalin dalam proses belajar mengajar harus dilaksanakan dengan komunikasi banyak arah. Dengan demikian proses komunikasi tidak hanya dari guru kepada siswa, tetapi juga dari siswa kepada guru dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Pengaruh nyata yang dipengaruhi oleh perkembangan konstruktivisme dalam pendidikan salah satunya terjadi dalam metode pembelajaran. Pada masa lampau biasanya metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah metode ceramah. Namun seiring perkembangan konstruktivisme dalam pendidikan, metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga semakin bervariasi. Para guru yang menerapkan konstruktivisme dalam proses belajar mengajar biasanya menggabungkan antyara metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, role playing, dan karya wisata.

Konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi individu dari berbagai macam pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian konstruktivisme tidak semata-mata berorientasi pada hasil pembelajaran, tetapi juga pada proses pembelajaran. Implikasinya, evaluasi pembelajaran juga harus melibatkan proses pembentukan pengetahuan. Dengan demikian, guru harus membuat rubrik penilaian yang cukup banyak untuk mengukur proses pembentukan pengetahuan siswa.

Dari pembahasan di atas, konstruktivisme memberikan implikasi yang besar dalam bidang pendidikan. Perubahan pemaknaan terhadap pengetahuan yang sebelumnya merupakan hasil transfer ilmu dari para ahli atau guru kepada peserta didik menjadi hasil konstruksi peserta didik sendiri, menyebabkan perlunya sikap aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Tanpa didukung oleh keaktifan siswa, proses belajar mengajar menjadi kurang bermakna. Dengan demikian, guru harus bertindak sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya.




[1] Dr. Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. (Yogyakarta: Kanisius, 1997), Hal. 28.
[2] Dr. Paul Suparno. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. (Yogyakarta: Kanisius, 200) Hal. 123.
[3] Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed. dan Drs. Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010). Hal. 3.