ANĀPĀṬIMOKKHA


(Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqvIJXkjkd8mo-MkY3jH0pfBaka8GZ2Dl8854LB_xcfF8A1hnqFN5_DaaSuCSZqdKIO-G651VIYha2k-0KleuIeAtpkaUKj7_pSSlG6nOmbRwdExlXSibxpJ2FRGCU7nRYwuE4_paBhgWD/s1600/indiravajra+blog+monks+wandering.jpg)



Anāpāṭimokkha adalah peraturan yang sifatnya lebih terperinci. Bagi para bhikkhu, peraturan ini mengacu kepada 227 peraturan. Sedangkan bagi bhikkhūṇi berjumlah 311 peraturan. Dengan demikian, peraturan bagi bhikkhūṇi lebih banyak dibandingkan peraturan bagi bhikkhu.

Anāpāṭimokkha diberikan oleh Buddha secara bertahap. Setelah ada perilaku para bhikkhu yang menyimpang dan dinilai tidak pantas, barulah Buddha memberikan peraturan tertentu. Dengan demikian, anāpāṭimokkha tidak diberikan secara sekaligus. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah peraturan bhikkhu dan bhikkhūṇi dipengaruhi oleh jumlah perilaku menyimpang dan tidak pantas yang dilakukan.

Anāpātimokkha diberikan oleh Buddha kepada para bhikkhu untuk pertama kalinya pada masa setelah 20 tahun penerangan sempurna. Ketika itu Saṅgha mulai berkembang dan banyak orang yang menjadi bhikkhu. Orang-orang tersebut terdiri dari kasta, suku, dan kebiasaan yang berbeda-beda. Ketika menjadi bhikkhu beberapa orang masih mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan yang telah menjadi adat di kasta dan sukunya masing-masing. Kebanyakan perilaku tersebut menyimpang dari ajaran Buddha. Dengan demikian, Buddha perlu memberikan peraturan latihan yang lebih terinci untuk melestarikan Dhamma dan Vinaya.

Dalam Pāḷi Canon, anāpāṭimokkha bagi bhikkhu dan bhikkhūṇi diklasifikasikan dalam delapan kelompok. Adapun delapan kelompok tersebut adalah pārājika, saṅghadisesa, aniyata, nissaggiya pācittiya, pācittiya, pāṭidesanīya, sekhiya, dan adhikaraṇa-samatha. Masing-masing delapan kelompok peraturan tersebut memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri.

0 Response to "ANĀPĀṬIMOKKHA"

Post a Comment