OVĀDAPĀṬIMOKKHA

(Sumber gambar: http://www.dhammathai.org/wb_eng/data/imagefiles/24.jpg)

Ovādapāṭimokkha merupakan peraturan latihan yang sifatnya lebih umum. Ovādapāṭimokkha dibabarkan pertama kali kepada 1250 bhikkhu yang semuanya telah mencapai tingkat kesucian tertinggi (arahanta). 1250 bhikkhu tersebut semuanya memiliki enam kekuatan batin (chalabhiññā) dan ditahbiskan sendiri oleh Buddha (ehibhikkhu-upasampāda). Selain itu pertemuan Buddha dengan 1250 bhikkhu tersebut adalah tanpa adanya kesepakatan sebelumnya. Peristiwa dengan empat ciri ini, kemudian diperingati oleh umat Buddha sebagai hari Maghā Pūja.
Ovādapāṭimokkha terdiri dari tiga syair, yaitu:
Khantī parama tapo tītikkha; nibbāna parama vadanti buddhā;
na hi pabbajito pārūpaghātī; samao hoti para vihehayanto.

Sabbapāpassa akaraaṁ; kusalassūpasampadā;
sacittapariyodapanaṁ; etaṁ buddhāna sāsanaṁ.

Anūpavādo anūpaghāto; pāṭimokkhe ca saṁvaro;
mattaññutā ca bhattasmiṁ; patañca sayanāsanaṁ;
adhicitte ca āyogo; etaṁ buddhāna sāsanan’ti.

            Arti dari ketiga syair di atas adalah:
Kesabaran, ketabahan adalah cara melatih batin terbaikPara Buddha bersabda: “Nibbāna adalah yang tertinggi.” Seseorang yang melukai orang lain, menyakiti orang lain, bukanlah seorang petapa, bukan seorang samaa.

Tidak berbuat segala kejahatan, mengembangkan kebajikan, menyucikan pikiran sendiri, ini adalah ajaran para Buddha.

Tidak menghujat, tidak menyakiti, terkendali dalam tata susila, tahu ukuran dalam hal makan, hidup di tempat yang tenang, berusaha mengembangkan pikiran luhur, ini adalah ajaran para Buddha.

Tiga syair inilah yang menjadi inti dari ajaran para Buddha. Dengan demikian, Buddha meletakkan fondasi awal ajaran Buddha melalui sīla, samādhi, dan paññāSamādhi yang dilandasi dengan pengembangan sīla, akan memberikan hasil besar, keuntungan yang besar. Paññā yang dilandasi dengan pengembangan samādhi, akan membawa hasil besar dan keuntungan besar. Pikiran, yang dilandasi oleh pengembangan paññā akan sempurna, terbebas dari segala noda batin (kāmāsava-nafsu indera; bhavāsava-kesenangan kemenjadian; avijjāsava-ketidak-tahuan).
45 tahun Buddha membabarkan ajaran-Nya, bisa dikelompokkan ke dalam dua periode waktu. Yang pertama adalah 20 tahun masa pembabaran Dhamma awal. Sedangkan yang kedua adalah 25 tahun masa pembabaran Dhamma selanjutnya.
Pada masa 20 tahun pertama inilah, komunitas bhikkhu (Sagha), terdiri dari banyak bhikkhu yang mampu mencapai berbagai macam tingkat kesucian. Oleh karenanya, pātimokkha sīla yang berlaku pada masa itu hanyalah ovāda-pātimokkha sīla saja. Hal ini dikarenakan perilaku para bhikkhu tidak ada yang menyimpang. Oleh karena itu, hanya ovāda-pātimokkha yang diberlakukan sebagai peraturan para bhikkhu. Semenjak dibabarkan pertama kali oleh Buddha, ovāda-pātimokkha dilafalkan ulang oleh para bhikkhu ketika hari uposathā.
Bhikkhu Sariputta pernah bertanya kepada Buddha Gotama, mengenai ajaran Buddha siapakah, Dhamma dan Vinaya mampu lestari dalam jangka waktu yang panjang. Buddha Gotama menjawab bahwa pada masa ajaran Buddha Vipassi; Buddha Sikkhi; dan Buddha Vessabhu; Dhamma dan Vinaya tidak dapat bertahan lama. Ajaran para Buddha tersebut tidak dapat bertahan lama karena Dhamma yang mereka berikan secara garis besar dan tidak terinci kepada umat manusia.
Manusia pada waktu itu adalah orang-orang yang baik dan sedikit kekotoran batinnya, maka Dhamma dan Vinaya yang diberikan oleh Sang Buddha tidak banyak dan tidak perlu terinci. Hal ini karena dengan Dhamma dan Vinaya yang tidak terperinci, mereka sudah bisa mencapai tingkat kesucian dan Nibbāna.
Akan tetapi, bila generasi bhikkhu yang baik itu hilang, dan kemudian pada suatu ketika timbul generasi yang tidak baik dan banyak kekotoran batinnya, maka Dhamma dan Vinaya yang ada tidak dapat mengendalikan mereka agar terhindar dari perbuatan yang merugikan mereka sendiri. Perilaku para bhikkhu yang buruk menyebabkan orang tidak percaya lagi terhadap Dhamma dan tidak ada orang yang menghormati serta melaksanakannya lagi sehingga Dhamma itu terlupakan dan akhirnya lenyap.
Ajaran Buddha Kakusanda, Buddha Konagamana dan Buddha Kassapa, dapat bertahan lama sekali. Di zaman para Buddha tersebut umat manusia tidak begitu baik, karenanya Dhamma dan Vinaya yang diajarkan banyak dan terinci agar mereka memiliki pedoman yang dapat mengendalikan diri mereka.
Kepada para bhikkhu pada zaman itu Sang Buddha memberikan anā-pātimokkha. Setelah Sang Buddha mencapai mahā parinibbana dan para bhikkhu yang baik telah tiada, bhikkhu-bhikkhu yang muncul di generasi kemudian, masih dapat mengatasi kekotoran batin mereka karena adanya Vinaya yang terinci. Anā-pātimokkha adalah pegangan dan perlindungan untuk mengendalikan diri dan menjaga dari kekotoran batin.
Dengan demikian, pada prinsipnya, selama tidak timbul perbuatan bhikkhu yang dapat dicela oleh para bijaksana, selama itu pula Buddha tidak akan memberikan anā-pātimokkha dan selama itu pula peraturan yang dikenal hanyalah ovāda-patimokkha.

0 Response to "OVĀDAPĀṬIMOKKHA"

Post a Comment